CERMINAN MASYARAKAT DALAM TERJEMAHAN KAKAWIN SUTASOMA KARYA MPU TANTULAR
Abstract:
This article discusses Kakawin Sutasoma by Mpu Tantular as a reflection of the social and cultural life of the multicultural Majapahit society, using Ian Watt’s literary sociology approach. Within the context of religious and cultural plurality, Kakawin Sutasoma presents the concept of Bhinneka Tunggal Ika, emphasizing the importance of tolerance, harmony, and unity amidst diversity. This study employs a qualitative descriptive method to illustrate the social phenomena reflected in the text of Kakawin Sutasoma. Data collection techniques include literature review, reading and noting relevant texts, and analyzing data using an interactive analysis technique. The research focuses on narratives within the text that depict social dynamics, critiques of leadership, and the moral and spiritual values it conveys. The findings reveal that Kakawin Sutasoma not only reflects the social conditions of the Majapahit society but also critiques social injustice and leadership that does not prioritize the people's welfare. In addition, this text offers an ideal view of leadership based on moral and religious values, such as Buddhist dharma and pancasila, as the basis for social harmony. This study confirms that literature can function as a tool for social transformation, providing insight into how a society can survive and thrive through respect for differences and shared solidarity.
Artikel ini membahas Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular sebagai cerminan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Majapahit yang multikultural, dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra Ian Watt. Dalam konteks pluralitas agama dan budaya, Kakawin Sutasoma menghadirkan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang menekankan pentingnya toleransi, harmoni, dan persatuan di tengah keberagaman. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menggambarkan fenomena sosial yang tercermin dalam teks Kakawin Sutasoma. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kajian pustaka, dengan membaca dan mencatat teks yang relevan, serta menganalisis data menggunakan teknik analisis interaktif. Fokus penelitian adalah pada narasi-narasi dalam teks yang menggambarkan dinamika sosial, kritik terhadap kepemimpinan, dan nilai-nilai moral serta spiritual yang dikandungnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kakawin Sutasoma tidak hanya merefleksikan kondisi sosial masyarakat Majapahit, tetapi juga menyampaikan kritik terhadap ketidakadilan sosial dan kepemimpinan yang tidak berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Selain itu, teks ini menawarkan pandangan ideal tentang kepemimpinan berbasis nilai-nilai moral dan religius, seperti dharma dan pancasila Buddhis, sebagai landasan harmoni sosial. Penelitian ini menegaskan bahwa sastra dapat berfungsi sebagai alat transformasi sosial, memberikan wawasan tentang bagaimana sebuah masyarakat dapat bertahan dan berkembang melalui penghormatan terhadap perbedaan dan solidaritas bersama.