ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM SAWER PANGANTEN KARYA WAHYU WIBISANA

Published: Mar 9, 2025

Abstract:

Culture is a cognitive system, symbolisation, social practice or as a construct that builds a way of looking at a network. From a linguistic perspective, culture exists because the interlocutor's knowledge is based on a shared cultural schema. The scheme is built through communication between the speaker and his/her speech partner which is formed due to the speech that becomes the oral tradition of the community. Speech is the result of speech acts that function and build the intention of the speaker, one of which is to build the intention in the sawer panganten traditional procession. This review aims to review the functions of speech acts and their strategies in constructing utterances in the sawer panganten procession. This article uses a qualitative descriptive technique, where the data collection techniques are reading, recording, and listening carefully and repeatedly to achieve a measurable and in-depth understanding. The source of data in this article is taken directly from the 1986 Sundanese Sawer Poetry collection book compiled by Hadish, et al. The results of this study show that there are speech functions that dominate, speech functions that do not exist at all, and functions that appear quite often which are used in conveying messages, feelings, emotions, and cultural values. In addition, the results of this study will be seen from how the speakers convey these utterances through the speech strategies used.


Budaya merupakan sebuah sistem kognitif, simbolisasi, praktik sosial atau sebagai sebuah konstruksi yang membangun cara pandang terhadap suatu jaringan. Dalam perspektif Linguistik, budaya ada karena pengetahuan lawan bicara didasarkan pada skema budaya yang diketahui bersama. Skema tersebut dibangun melalui komunikasi antara pembicara dengan mitra tuturnya yang terbentuk akibat tuturan yang menjadi tradisi lisan masyarakat tersebut. Tuturan merupakan hasil dari tindak tutur yang berfungsi dan membangun maksud dari penutur, salah satunya untuk membangun maksud di dalam prosesi adat sawer panganten. Ulasan ini bertujuan untuk mengulas fungsi-fungsi tuturan dan strategi penuturannya dalam membangun ujaran pada prosesi sawer panganten. Artikel ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif, dimana teknik pengumpulan data berupa membaca, mencata, dan menyimak secara seksama dan berulang-ulang untuk mencapai sebuah pemahaman yang terukur dan mendalam. Sumber data pada artikel ini diambil langsung dari buku kumpulan Puisi Sawer Bahasa Sunda tahun 1986 yang disusun oleh Hadish, dkk. Hasil dari pemaparan ini menunjukkan adanya fungsi ujaran yang mendominasi, fungsi ujaran yang tidak ada sama sekali, dan fungsi yang cukup sering muncul yang digunakan dalam penyampaikan pesan, perasaan, emosi, dan nilai-nilai budaya. Selain itu, hasil telaah ini akan dilihat dari bagaimana pembicara menuturkan ujaran-ujaran tersebut melalui strategi tutur yang digunakan.

Keywords:
1. pragmatics, speech acts, illocution, sawer panganten, traditional Sundanese wedding, culture, Wahyu Wibisana.
Authors:
Fanny Puteri Cahyani
How to Cite
Cahyani, F. P. (2025). ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM SAWER PANGANTEN KARYA WAHYU WIBISANA. Jurnal Kata : Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya, 13(1 April), 240–255. Retrieved from https://jurnal.pbs.fkip.unila.ac.id/index.php/Kata/article/view/220