Jurnal Punyimbang

Jurnal Punyimbang adalah media publikasi yang bertujuan untuk menjadi sumber akademis pada studi pendidikan bahasa, sastra, masyarakat, dan budaya. Jurnal Punyimbang menerbitkan artikel hasil penelitian asli, artikel ulasan, dan studi kasus yang berfokus pada pendidikan bahasa, sastra, masyarakat, budaya, dan topik terkait lainnya. Jurnal Punyimbang terbit dua kali dalam setahun, pada bulan Mei dan Oktober.

Readmore

Jurnal Punyimbang adalah media publikasi yang bertujuan untuk menjadi sumber akademis pada studi pendidikan bahasa, sastra, masyarakat, dan budaya. Jurnal Punyimbang menerbitkan artikel hasil penelitian asli, artikel ulasan, dan studi kasus yang berfokus pada pendidikan bahasa, sastra, masyarakat, budaya, dan topik terkait lainnya. Jurnal Punyimbang terbit dua kali dalam setahun, pada bulan Mei dan Oktober.

Published
2023-05-01

Articles

ANALISIS CULTURE SHOCK PADA PENDATANG BARU DALAM PENYESUAIAN PENGGUNAAN LOGAT DAERAH LAMPUNG

Abstrak Penelitian ini dikaji untuk mengetahui bagaimana pengalaman culture shock atau gegar budaya yang dialami oleh pendatang baru di Lampung, khususnya dalam penyesuaian penggunaan logat daerah setempat. Culture shock merupakan kondisi psikologis di mana seseorang mengalami tekanan dan keterkejutan saat berhadapan dengan lingkungan dan budaya yang berbeda dari yang biasa mereka kenal. Masalah ini menarik untuk diteliti karena penggunaan logat yang berbeda dari bahasa asal sering kali memicu tantangan bagi pendatang, baik dalam aspek komunikasi maupun interaksi sosial, sehingga memperlambat proses adaptasi mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pendatang baru yang tinggal di Lampung dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendatang baru hampir selalu mengalami culture shock atau gegar budaya dengan berbagai tingkat dan bentuk, di mana mereka kerap merasa cemas, bingung, dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Meski begitu, dengan proses adaptasi yang baik dan dukungan lingkungan, mereka secara bertahap dapat menyesuaikan diri dengan budaya dan logat bahasa baru. Abstract This research was studied to find out how culture shock is experienced by newcomers in Lampung, especially in adjusting the use of local accents. Culture shock is a psychological condition in which a person experiences pressure and shock when dealing with an environment and culture that is different from what they are used to. This issue is interesting to study because the use of accents that are different from the language of origin often triggers challenges for migrants, both in aspects of communication and social interaction, thus slowing down their adaptation process. This research uses a qualitative method with a case study approach. Data was collected through in-depth interviews with newcomers who lived in Lampung for less than two years. The results showed that newcomers almost always experience culture shock with various levels and forms, where they often feel anxious, confused, in interacting and communicating. Even so, with a good adaptation process and environmental support, they can gradually adjust to the new culture and language accent.

Nilai-Nlai Piil Pesenggiri Sebagai Pedoman Dan Falsafat Etika Masyarakat Lampung

Abstract Lampung culture has deep life principles, which we know as Piil Pesenggiri. These principles are like a compass that directs the lives of the Lampung people. Some important values in Piil Pesenggiri are Sakai Sambaian (mutual cooperation), Nemui Nyimah (friendly guests), Nengah Nyappur (unity), and Bejuluk Beadek (appreciation). This study aims to understand more deeply how these values are applied in the daily lives of the Lampung people. This research method uses the method of reading and studying various sources such as books, journals, and articles related to Piil Pesenggiri. From the results of this study, it can be concluded that the values contained in Piil Pesenggiri, such as mutual cooperation, compassion, unity, and appreciation, are guidelines for the lives of the Lampung people.   Abstrak Budaya Lampung punya prinsip-prinsip hidup yang mendalam, yang kita kenal sebagai Piil Pesenggiri. Prinsip-prinsip ini seperti kompas yang memandu kehidupan masyarakat Lampung. Beberapa nilai penting dalam Piil Pesenggiri adalah Sakai Sambaian (gotong royong), Nemui Nyimah (ramah tamu), Nengah Nyappur (persatuan), dan Bejuluk Beadek (penghargaan). Penelitian ini ingin memahami lebih dalam bagaimana nilai-nilai ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Lampung. Metode penelitian ini menggunakan metode membaca dan mempelajari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan artikel yang berhubungan dengan Piil Pesenggiri. Dari hasil kajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Piil Pesenggiri, seperti gotong royong, keramahan, persatuan, dan penghargaan, menjadi pedoman hidup masyarakat Lampung.  

ANALISIS KESENJANGAN GENERASI MUDA DESA PARDAWARAS DALAM MEMAINKAN ALAT MUSIK TRADISIONAL LAMPUNG

AbstractTraditional musical instruments are a cultural heritage that contains the noble values and identity of a society. Likewise, traditional Lampung musical instruments are not only cultural heritage, but must also be preserved so that future generations can know and understand how to play these musical instruments. In Pardawaras Village, Tanggamus, traditional musical instruments have become an inseparable part of community life. Traditional Lampung musical instruments in Pardawaras such as canang/gamolan, tambourine, tala balak, and gong have high cultural value and are an important part of the local cultural heritage. However, in recent years, concerns have emerged about the gap between the younger generation in playing traditional musical instruments. The aim of this research is to find out what traditional musical instruments are available in Pardawaras village, the factors causing the gap in the ability of the younger generation to play traditional Lampung musical instruments, and what the solution is. This research uses a qualitative approach, namely a literature study using descriptive data collection techniques. This research can be used as standardization for the community, especially the Lampung indigenous community. Therefore, it is hoped that interest in traditional Lampung musical instruments among the younger generation will increase, and this cultural heritage will continue to be preserved and developed in Pardawaras village.   AbstrakAlat musik tradisional merupakan warisan budaya yang memuat nilai-nilai luhur dan identitas suatu masyarakat. Begitu pula dengan alat musik tradisional Lampung yang tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga harus dilestarikan agar generasi penerus bisa tahu dan paham dalam memainkan alat musik tersebut. Di Desa Pardawaras, Tanggamus alat musik tradisional telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Alat musik tradisional Lampung yang ada di Pardawaras seperti canang/gamolan, rebana, tala balak, dan gong mempunyai nilai budaya yang tinggi dan menjadi bagian penting dari warisan budaya setempat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kekhawatiran akan adanya kesenjangan generasi muda dalam memainkan alat musik tradisional tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja alat musik tradisonal yang ada di desa Pardawaras, faktor penyebab kesenjangan kemampuan generasi muda memainkan alat musik tradisional Lampung, dan bagaimana solusinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu studi literatur dengan menggunakan teknik pengumpulan data deskriptif. Penelitian ini dapat digunakan sebagai standarisasi bagi masyarakat terutama masyarakat adat Lampung. Oleh karena itu, minat terhadap alat musik tradisional lampung di kalangan generasi muda diharapkan dapat semakin meningkat, dan warisan budaya ini tetap dilestarikan, serta dikembangkan di desa Pardawaras.

Pelestarian Sastra Lisan Wawancan dalam Upaya Membangun Kesadaran Budaya Generasi Muda di Pekon Sukaratu

AbstractWawancan oral literature, known as pepaccur among the Lampung Pepadun community, is a cultural tradition rich in moral, ethical, and philosophical values. This tradition is typically performed during various customary events such as weddings and title bestowals (adok). However, modernization and globalization have led to a decline in younger generations' interest in this tradition, particularly in Pekon Sukaratu, Pringsewu Regency, Lampung. This study aims to document and preserve wawancan oral literature using a qualitative approach with a case study method. Data were obtained through in-depth interviews and field observations. The findings reveal that wawancan oral literature plays a significant role in strengthening the cultural identity of the Lampung community, yet its preservation faces challenges such as lack of documentation, limited government support, and the influence of modernization. This study recommends documenting wawancan in written and audio-visual formats, introducing cultural education in schools, and modernizing the tradition’s presentation to engage younger audiences. Government support and collaboration with local communities are essential for developing sustainable preservation strategies.   AbstrakSastra lisan wawancan, yang dikenal sebagai pepaccur di kalangan masyarakat Lampung Pepadun, merupakan tradisi budaya yang kaya akan nilai-nilai moral, etika, dan filosofi hidup. Tradisi ini biasanya ditampilkan dalam berbagai acara adat seperti pernikahan dan pemberian gelar (adok). Namun, modernisasi dan globalisasi telah menyebabkan penurunan minat generasi muda terhadap tradisi ini, terutama di Pekon Sukaratu, Kabupaten Pringsewu, Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan melestarikan sastra lisan wawancan melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sastra lisan wawancan memiliki peran penting dalam memperkuat identitas budaya masyarakat Lampung, tetapi minimnya dokumentasi, dukungan pemerintah, serta pengaruh modernisasi menjadi tantangan besar dalam pelestariannya. Penelitian ini merekomendasikan dokumentasi dalam bentuk tulisan dan audio-visual, edukasi budaya di sekolah, serta pengemasan ulang tradisi dengan pendekatan modern untuk menarik minat generasi muda. Dukungan pemerintah dan kolaborasi dengan komunitas lokal juga diperlukan untuk menciptakan strategi pelestarian yang berkelanjutan.

DAMPAK KULTURAL MAYORITAS JAWA TERHADAP MINORITAS LAMPUNG DI DESA PAREREJO

ABSTRACT This research aims to explore how Javanese culture influences the social and cultural life of the minority Lampung people. Using a qualitative approach, this research collected data through interviews and direct observation in the field. The research results show that the dominance of Javanese culture has resulted in changes in Lampung cultural values, including language, customs and social practices. Lampung people experience difficulties in maintaining their cultural identity, with the younger generation more likely to adopt Javanese language and traditions. In addition, interactions between the two cultures are often unequal, with ethnic Javanese having more power in determining social norms. This creates social tensions that can threaten the continuity of Lampung culture. Research also finds that despite acculturation, many elements of Lampung culture are marginalized. As a solution, it is important to increase awareness of Lampung’s cultural values through education and preserving traditions. Community activities involving both ethnicities can help build mutual understanding and respect for diversity. This research emphasizes the need for collaboration between government and society to create a harmonious and inclusive environment for all ethnicities.   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana budaya Jawa mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya masyarakat Lampung yang menjadi minoritas. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dominasi budaya Jawa telah mengakibatkan perubahan nilai-nilai budaya Lampung, termasuk dalam bahasa, adat istiadat, dan praktik sosial. Masyarakat Lampung mengalami kesulitan dalam mempertahankan identitas budaya mereka, di mana generasi muda lebih cenderung mengadopsi bahasa dan tradisi Jawa. Selain itu, interaksi antara kedua budaya sering kali tidak seimbang, dengan etnis Jawa lebih berkuasa dalam menentukan norma sosial. Hal ini menciptakan ketegangan sosial yang dapat mengancam keberlangsungan budaya Lampung. Penelitian juga menemukan bahwa meskipun ada akulturasi, banyak elemen budaya Lampung yang terpinggirkan. Sebagai solusi, penting untuk meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai budaya Lampung melalui pendidikan dan pelestarian tradisi. Kegiatan komunitas yang melibatkan kedua etnis dapat membantu membangun saling pengertian dan menghormati keberagaman. Penelitian ini menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan inklusif bagi semua etnis.

Indexer Sites